PATI – Mondes.co.id | September 2025 ini sudah mulai memasuki musim penghujan.
Informasi ini didasari oleh perkiraan musim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Masyarakat Kabupaten Pati diimbau lebih bijak dalam mengendalikan diri di situasi apapun, apalagi saat ini banyak terjadi kawasan kritis rawan bencana di Bumi Mina Tani.
Bahkan, hujan sebentar saja beberapa titik mulai kebanjiran, seperti di Desa Tunjungrejo (Kecamatan Margoyoso), Desa Wegil (Kecamatan Sukolilo), Desa Srikaton serta Desa Pasuruhan (Kecamatan Kayen).
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya, situasi banjir dan jebolnya tanggul menjadi perhatian bersama.
Oleh karena itu, masyarakat semestinya hati-hati dan waspada dalam mengamati keadaan yang datang, termasuk musim penghujan.
Ia meminta masyarakat update informasi terkini, ketika gejala-gejala bencana alam datang sebagai sinyal utama.
“September sudah mulai turun hujan, seperti beberapa hari yang lalu tiga hari berturut-turut. Beberapa desa sudah ada tanggul jebol di Tunjungrejo dan Wegil, makanya masyarakat harus waspada karena hujan baru 1 sampai 2 jam sudah banjir,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Jumat, 26 September 2025.
Ia menambahkan bahwa kondisi hujan dalam waktu singkat dengan intensitas sedang, sudah menyebabkan limpasan air di sejumlah titik, seperti di Desa Kayen, Desa Srikaton, dan Desa Pasuruhan.
Ketiga wilayah itu bahkan sudah sempat mengalami kebanjiran.
“Misal Sumbersari hujan, masyarakat di Desa Kayen, Srikaton, Pasuruhan sudah banjir. Itu diwaspadai,” sebutnya.
Ia berpandangan, daya dukung alam di Kabupaten Pati sudah mulai rendah.
Oleh karenanya, kerap terjadi bencana alam yang di luar prediksi.
Penyebab utamanya ialah sedimentasi sungai dan tidak berfungsinya kawasan tangkapan hujan.
“Di tahun ini belum ada banjir besar yang masuk pemukiman, tetapi yang tergenang sawah sudah ada, kalau pemukiman belum. Hujan sebentar saja udah ada tanggul jebol, ini sinyal bahwa memang daya dukung alam kita semakin rendah, karena tingginya sedimentasi alias sungai tidak lagi menampung air hujan,” terangnya.
Sedimentasi di beberapa sungai di Kabupaten Pati ini membuat sungai menjadi dangkal dan lebih sempit, sehingga tidak mampu menampung aliran air yang melimpah. Situasi inilah yang menyebabkan kawasan di pinggiran sungai terkena dampak banjir limpasan air.
Lebih lanjut, wilayah Kabupaten Pati bagian selatan dan utara telah minim kawasan tangkapan air.
Pasalnya, tanaman berakar kuat telah dialihfungsikan menjadi tanaman semusim.
Itulah sebabnya, ia meminta masyarakat untuk waspada di perubahan musim ini, hal itu demi keamanan.
“Kemudian tentu saja ada penyebab lain, semakin rusaknya daerah tangkapan hujan, alih fungsi lahan hutan jadi tanaman semusim, jagung di Pati selatan, ketela di Pati utara. Ini yang harus diwaspadai masyarakat, karena nanti potensi menimbulkan dampak yang lebih besar kalau masyarakat tidak siaga,” pesannya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar