REMBANG – Mondes.co.id | Aktivis lingkungan asal Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Joko Prianto mengungkapkan fakta mengejutkan.
Ia sampaikan jika pemerintah tak punya alasan logis mendirikan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng.
Menurut pengamatan yang ia dalami, kondisi kebutuhan semen di Indonesia sedang over produksi, maka dari itu pemerintah tidak memiliki urgensi untuk memperluas area pertambangan untuk memproduksi semen.
Ia mengungkap bahwa pertambangan semen di Kabupaten Rembang, demi kepentingan bisnis segelintir orang saja.
“Saya tidak percaya pilihan pemerintah bagaimanapun kalau pertambangan (semen), semen ini kan sudah kelebihan. Untuk stok infrastruktur hingga 2030 itu (semen) sudah surplus,” ucap Joko Prianto dalam pernyataanya ketika diwawancarai, kemarin.
Menurutnya, pemerintah selalu membohongi masyarakat terkait adanya kesejahteraan yang dihasilkan dari pendirian pabrik semen di Kabupaten Rembang.
Itulah sebabnya, ia dan rekan-rekannya menolak pertambangan dan pendirian pabrik semen yang berada di kawasan Pegunungan Kendeng itu.
“Bagaimana kita mau percaya untuk kepentingan negara? Jelas menurut saya ini untuk kepentingan bisnis. Ndak boleh campur aduk dengan hajat hidup orang banyak atau urusan rakyat,” sambungnya.
Bagi aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) itu, alam harus diperlakukan dengan bijaksana.
Sebagai manusia harus merawat alam yang ada di muka bumi ini, sehingga jika ada unsur pengrusakan pada alam, harus ditolak.
“Menurut saya pribadi, pandangan ke alam intinya saling menghargai, betapa kita selama ini diberikan kehidupan oleh alam, bagaimana kita berterima kasih kepada alam. Artinya selama ini dulur-dulur menolak pertambangan di Kendeng menganggap ‘Ibu Bumi wis Maringi, Ibu Bumi Dilarani, Ibu Bumi kang Ngadili’,” ujarnya.
Ia mengajak masyarakat sadar bahwa bumi ketika dirusak akan memberi dampak buruk bagi makhluk yang ada di dalamnya.
Untuk itu, ia mendorong semua pihak supaya menyayangi bumi sebagaimana sang ibu, dan dilarang menyakiti Ibu Bumi.
“Artinya bahwa kita dengan kasih sayang membalas semua ini (pemberian bumi), jangan menyakiti, ketika menyakiti jangan salahkan bumi ketika alam ini dengan caranya sendiri membalas kita. Intinya kasih sayang, jangan permah menyakiti Ibu Bumi, contoh kita tidak pernah merusak, mendukung pengrusakan pun jangan. Ketika pohon ditebang bagaimana kalau banjir, siapa yang mau tanggung jawab, pemerintah? Semua akan terdampak,” paparnya.
Ia menyampaikan bumi telah memberikan bahan makanan dan oksigen untuk kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.
Dengan demikian, manusia harus menjaga dan menghargai bumi bila semua ingin tenang dan damai.
“Ayo kita lestarikan bumi ini, jangan pernah menyakiti, setiap hari anugerah apa yang tidak diberikam alam ini? Kita butuh oksigen yang bagus dan bersih, kita makan juga dari bumi. Inilah saatnya, ayo semuanya saling menghargai, jangan merusak alam, ketika alam melestarikan, semua akan damai, akan tenang,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar