KUDUS – Mondes.co.id | Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai mengembangkan konsep aglomerasi di kawasan Pantura timur, salah satunya melalui program Pati Raya.
Kabupaten Kudus pun menjadi salah satu titik sentral dalam pengembangan kawasan ini.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengatakan bahwa konsep aglomerasi bukan hal baru dan telah berhasil diterapkan di beberapa wilayah.
Salah satu contoh suksesnya adalah aglomerasi Solo Raya yang menyumbang perputaran ekonomi hampir Rp8,7 triliun selama satu bulan lewat program Great Sale.
“Program Solo Raya Great Sale itu berjalan di tujuh kabupaten. Perputaran uangnya hampir Rp10 triliun. Ini bukti bahwa aglomerasi bisa jadi motor penggerak ekonomi regional,” jelasnya saat dikonfirmasi belum lama ini di UMK Kudus.
Setelah Solo Raya, program serupa akan diterapkan di wilayah Semarang Raya dan dilanjutkan di kawasan Pati Raya, yang meliputi Kudus, Jepara, Pati, Rembang, dan sekitarnya.
Fokus pengembangan mencakup sektor perdagangan, investasi, pariwisata, serta revitalisasi pasar tradisional dan penginapan.
“Tujuannya jelas, menggairahkan ekonomi lokal. Kudus akan jadi bagian penting karena letaknya yang sangat strategis di jantung Pantura,” ujarnya.
Dalam konteks mendukung aglomerasi ekonomi ini, sektor transportasi juga akan dikembangkan.
Kepala Dinas Perhubungan Kudus, Catur Sulistyanto, menyebutkan bahwa pemerintah provinsi telah memasukkan program transportasi agro-hidrolitik dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Program ini dirancang untuk menghubungkan daerah-daerah sentra pertanian dan industri kecil menengah (IKM) melalui jaringan angkutan massal yang efisien.
Kudus ditunjuk sebagai titik utama dari jalur transportasi ini.
“Transportasi agro ini bukan hanya untuk distribusi hasil tani, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai angkutan pelajar. Jepara, Rembang, dan Semarang akan terhubung lewat jalur ini,” katanya.
Namun, ia menekankan bahwa pelaksanaan program ini sangat bergantung pada dukungan kepala daerah.
Menurutnya, posisi Kudus yang berada di tengah jalur Pantura harus segera ditetapkan sebagai wilayah prioritas, agar bisa mendapat alokasi anggaran dan kebijakan pendukung dari pemerintah provinsi.
“Kunci suksesnya ada di Pak Bupati. Tanpa status prioritas, kami belum bisa melangkah ke tahap pelaksanaan. Tapi kami optimis, karena posisi Kudus sangat strategis,” tambahnya.
Catur juga membuka kemungkinan kolaborasi dengan pengelola transportasi pedesaan, sebagaimana telah diterapkan di wilayah Magelang.
Model kemitraan seperti ini dinilai bisa memperkuat jaringan transportasi lokal, sekaligus membuka lapangan kerja baru.
Namun, saat ini pihak Dishub masih berada dalam tahap pemetaan kebutuhan dan rute prioritas.
“Kami perlu data lengkap terlebih dahulu. Mana saja desa yang paling membutuhkan akses transportasi, dan bagaimana jalurnya,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar