PATI – Mondes.co.id | Berdasarkan catatan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, terdapat 3.880 Kelompok Pelaku Usaha Garam Rakyat (Pugar) yang tersebar di Kabupaten Pati.
Sungguh banyak sekali pelaku usaha garam di Bumi Mina Tani yang menggantungkan kebutuhan hidup melalui sektor pertanian di pesisir Laut Jawa ini.
Sebagai informasi, Kabupaten Pati dikenal sebagai salah satu sentra produksi garam terbesar di Provinsi Jawa Tengah, bahkan menempati posisi kedua nasional setelah Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur.
Disebutkan pula bahwa lahan yang berpotensi mampu memproduksi garam di Kabupaten Pati yakni 4.300 hektar.
Sedangkan, lahan eksisting untuk memproduksi garam sekarang ini tercatat 2.900 hektar.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Petugas Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Bidang Pengolahan dan Pemasaran Produk Kelautan & Perikanan (P3KP) DKP Kabupaten Pati, Triana Shinta Dewi, Sabtu (19/7/2025).
“Petambak garam ada 3.880 Kelompok Pugar, sekitaran segitu. Kemudian potensi lahan yang bisa dijadikan budi daya garam 4.000-an hektar, untuk eksistingnya produktif 2.900 hektar,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, petambak garam yang ada di Kabupaten Pati menggunakan lahan budi daya yang sebelumnya dipakai untuk tambak ikan.
Maka dari itu, mereka memanfaatkan tambak sesuai dengan musimnya.
Pihaknya juga melakukan pemetaan lahan garam untuk mengetahui seberapa produktif areal lahan tambak garam di Kabupaten Pati.
Pada bulan Juli ini, DKP Kabupaten Pati menyisir ke area pesisir guna meninjau kondisi lahan tambak garam.
Penyisiran dilakukan mulai dari Kecamatan Batangan, Juwana, Wedarijaksa, dan Trangkil.
“Di Pati tambak garam dipakai budi daya ikan, baru pas musim garam untuk garam. Kita bulan ini ada pemetaan lahan, tujuannya untuk mengetahui apakah lahan masih produktif apa enggak. Kita bisa lihat produktif dari pemetaan tambak karena kalau masih tambak (budi daya ikan) kita masih belum tahu,” ujar Nana, sapaanya.
Sejauh ini, berdasarkan pengamatannya, lahan di Kecamatan Batangan menjadi areal lahan tambak garam paling luas di Kabupaten Pati.
Bahkan, ketika wilayah lain belum memproduksi hasil panen garam, Kecamatan Batangan sudah menghasilkan produksi garam lebih dulu.
“Produksi (garam) Batangan paling luas, kemudian sekarang ini untuk KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) sudah ada Sentra Ekonomi Garam (Segar). Sejak turun-temurun Batangan selalu duluan, yang lain belum apa-apa, Batangan sudah pengolahan lahan,” sambungnya.
Penjualan garam dari para petambak tradisional Kabupaten Pati sasarannya ke Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Sedangkan, untuk petambak yang sudah menggunakan geo-membran, mampu menyasar ke skala industri.
“Penjualan di IKM, kalau sampai Jawa Timur dan perusahaan industri, kalau yang pakai geo-membran itu targetnya kan industri, makanya ada SPJT (Sarana Pembangunan Jawa Tengah),” ucapnya.
Pihaknya mendorong agar petambak meningkatkan kualitas produksi, demi bersaing dengan para petambak lainnya.
Hal ini supaya produktivitasnya bagus dan meraih keuntungan besar di penjualan.
“Kami mendorong agar garam berkualitas, karena mereka akan tahu kalau gak mau bersaing dengan petambak yang mau produksi, maka mereka kalah di pasar,” urainya.
DKP Kabupaten Pati senantiasa membina para petambak agar bisa menggunakan geo-membran dalam pengolahannya.
Pasalnya, dengan geo-membran, mereka bisa menghasilkan kuantitas dan mutu yang unggul.
Di tengah musim kemarau basah tahun 2025 ini, ia mengimbau petambak lebih bijaksana dalam menyikapi cuaca.
Terlebih, pemanfaatan geo-membran membuat mereka sangat tertolong.
“Pakai geo-membran dulu susah sekali, tetapi setelah kemarau basah mereka yang pakai geo-membran bisa produksi, yang lain (tanpa geo-membran) gak bisa (produksi), akhirnya mereka terangsang dan tanya ada bantuan geo-membram atau ndak. Setelah kemarau basah mereka tahu rasanya, maka kita lakukan pembinaan,” tandasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar