PATI – Mondes.co.id | Di balik seragam dinasnya, Parmanita Hesti Puspitorini (28) bukan sekadar guru biasa.
Ia membagi waktu antara mengajar, membina generasi lewat bimbingan belajar (bimbel), dan menjangkau masyarakat yang terpinggirkan lewat aksi sosial.
Wanita asal Kabupaten Pati tersebut mendedikasikan diri sebagai guru Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Semarang.sejak 2021.
Motivasi sangat tinggi demi mencerdaskan anak bangsa karena baginya mendidik membawa amal jariyah yang tak pernah putus.
“Motivasi menjadi guru karena saya memang sangat suka mengajar dan ingin mencerdaskan anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa nantinya. Selain itu, menjadi guru membawa amal jariyah di akhirat, karena ilmu yang kami sampaikan kepada siswa, menjadi amal yang tidak akan pernah terputus,” ujar perempuan yang akrab disapa Nita kepada Mondes.co.id, Senin, 7 Juli 2025.
Menurutnya, guru harus mindfull dan kreatif, sehingga bisa memberi sebuah kegembiraan di setiap caranya mengajar.
Hal ini mendorong supaya guru tetap berkembang dan bertumbuh, demi memberikan ilmu kepada anak didik.
Baginya, guru harus inspiratif bagi setiap orang, khususnya siswa/siswi.
“Dari sudut pandang saya, seharusnya guru bekerja secara sungguh-sungguh, mindful dan kreatif, sebisa mungkin dapat menghidupkan suasana di kelas supaya tidak monoton, membawa kebahagiaan dalam setiap pembelajaran di kelas, serta selalu menginspirasi siswa di sekolah. Jangan hanya menjadi guru yang mengikuti arus, jadilah guru yang selalu ingin tahu dan belajar. Berkembang dan bertumbuhlah tidak hanya di sekolah tapi juga di luar instansi agar bermanfaat lebih luas,” jelas alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Profesi guru berkesan baginya, karena merasa dicintai secara tulus oleh peserta didik.
Peranan mendidik anak menjadi tantangan, demi bisa membuat mereka cerdas akan ilmu dan adab.
“Hal yang menurut saya berkesan sebagai guru adalah rasa dicintai tulus oleh anak-anak, mereka berumur 7 sampai 12 tahun tidak memiliki niat buruk kepada orang lain. Energi mereka benar-benar apa adanya dan tulus. Selain itu, juga ketika saya bisa menjadi orang tua untuk mereka di sekolah, membuat mereka yang awalnya tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan menulis, dan masih banyak lagi,” ungkapnya,
Ia berupaya maksimal menjadi pendidik, supaya mereka cerdas akan pengetahuan dan keterampilan.
Cara megajarnya pun variatif, seperti menerapkan permainan atau praktik langsung, karena cara demikian memudahkan siswa memahami pelajaran.
“Sebisa mungkin ajarkan ilmu dengan cara menyenangkan dan mudah dimengerti oleh mereka. Bisa dengan menggunakan permainan atau praktik langsung secara nyata, hal itu akan memudahkan mereka untuk menyerap dan memahami materi yang kita ajarkan,” urainya.
Bermacam karakter dan kemampuan anak ia hadapi. Selain itu, bermacam latar belakang juga sebuah keniscayaan.
Fenomena demikian menjadi sejumlah faktor siswa berkembang dalam mengerti pelajaran.
“Karakteristik dan kemampuan mereka beragam, ada anak yang slow learner dengan latar belakang keluarga yang mungkin kurang mendukung untuk berkembang, menjadikan dia cukup tertinggal dari anak-anak lainnya. Sebagai guru tentu ada keresahan dan kekhawatiran tentang anak tersebut,” kata perempuan asal Winong.
Sebagai guru, baginya menanamkan rasa cinta pada literasi sejak dini sangat perlu.
Menurutnya, pendidikan adalah proses mengasah skill demi menunjang kemampuan perkembangan anak.
“Pendidikan Indonesia di jenjang tertentu seharusnya memberikan pendidikan tentang bertahan hidup seperti menggunakan alat kebersihan dengan baik, cara memasak, berkebun atau menjahit. Mungkin terlihat sepele, tapi itu nanti ketika mereka tumbuh besar, kemampuan tersebut akan sangat bermanfaat untuk mereka karena pendidikan perlu ditekankan pada life skill,” pungkasnya.
Hidup bekerja di luar kota membuatnya terlatih mandiri dan tak gentar menjalankan kewajibannya sebagai guru.
Ia awalnya tidak menyangka bisa mendapat rezeki untuk mengabdi di Kota Semarang, tempat di mana ia dulu menghabiskan masa-masa perkuliahan S1.
“Saya mengabdi sebagai seorang guru sejak tahun 2021, berawal dari info yang diberikan tetangga saya terkait pendaftaran guru di Kota Semarang. Bekerja itu ibarat menemukan jodoh, tidak ada yang tahu, mungkin menginginkan banyak hal dalam hidup, menjalani banyak hal dalam hidup, namun kita tidak tahu posisi mana yang akan kita temui dan tempati nantinya,” bebernya.
“Takdir membawaku bekerja di Kota Semarang, tempat yang tepat dan memudahkanku untuk bisa bertumbuh dan berkembang lebih baik. Ditambah, kemudahan fasilitas dan akses yang bisa saya dapatkan di Kota Semarang, saya sangat bersyukur bisa tinggal di kota ini,” imbuh Nita.
Diketahui, Nita memiliki semangat yang tak pernah padam dalam mengabdi, mengembangkan diri, dan berproses menjadi lebih baik.
Sebagai seorang guru, ia telah menyabet gelar Magister di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan kini sedang menempuh Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Ia mampu melanjutkan aktivitas perkuliahan pasca bekerja sebagai guru di sekolah maupun menjalankan usaha bimbelnya.
Dengan etos kerja yang tinggi dan penuh integritas, Nita mengarungi perjalanan terjalnya dengan penuh optimisme.
“Saat itu saya masih kuliah S2 secara daring karena pandemi. Awalnya masih ragu untuk mendaftar, lalu mencoba mendaftar dengan berpikir untuk belajar, Alhamdulillah setelah diterima walaupun pagi kerja dilanjut siang kuliah online, sebisa mungkin membagi waktu dengan baik antara kerja dan kuliah,” paparnya.
Di sela-sela kesibukan yang dijalani, Nita juga mendirikan sebuah layanan bimbel untuk murid.
Ia sebagai owner, pengelola, sekaligus pengajar di bimbel bernama Mulai Belajar.
Tujuannya membantu siswa/siswi sekitar menambah pemahaman dan meningkatkan kualitas belajar di luar jam sekolah.
Di samping itu, ia memiliki tujuan mulia membuka lapangan pekerjaan untuk guru-guru di Kota Semarang. Ia menebarkan manfaat lebih luas melalui bimbel yang dirikan.
“Saya menyukai bisnis, sejak SMA (Sekolah Menengah Atas) saya sudah mulai jual gorengan, dan saat kuliah saya juga suka jual tas, passion itu masih ada di dalam diri saya. Sehingga ketika pendidikan digabungkan dengan bisnis menjadi bimbel ini yaitu Bimbel Mulai Belajar. Dari situ saya membantu memberikan materi kepada siswa yang tidak mereka dapatkan di sekolah, meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Semarang dan tentunya membuka lapangan kerja untuk guru di Kota Semarang,” tuturnya.
Selain itu, Nita juga aktif di kegiatan pengabdian masyarakat sebagai relawan berbagai komunitas.
Berada di Kota Atlas dengan kesibukan yang tak ada henti, membuatnya tetap teguh di jalan sosial.
Ia menjadi salah satu bagian dari Komunitas Hompimpa Semarang dan sejumlah komunitas lainnya, baik di Kota Semarang maupun di Kabupaten Pati.
Bahkan, Nita merupakan salah satu dari penggagas Aksi Baik Pati.
“Kegiatan yang saya ikuti selain sebagai pendidik di sekolah dan owner bimbel adalah mengikuti kegiatan komunitas, jadi kadang masih sering ikut kumpul dengan Komunitas Hompimpa Semarang, walaupun tidak se-aktif dulu karena kesibukan. Selain itu, saya juga senang ikut kegiatan volunteer yang berkaitan dengan pendidikan dan sosial karena ada rasa kepuasan tersendiri bisa bermanfaat untuk orang lain,” ujar guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Petompon 2 Kota Semarang.
Berkegiatan di luar membuatnya bahagia, lantaran meringankan beban orang lain.
Ia tergabung di Komunitas Hompimpa Semarang mulai 2017 sampai 2023 dan pendiri Aksi Baik Pati pada 2019 yang masih aktif hingga sekarang.
“Yang membuat saya tertarik berkegiatan sosial adalah karena ada rasa bahagia ketika kita bisa ikut membantu meringankan beban orang lain dan bermanfaat bagi orang lain. Jika pulang ke kampung halaman saya di Pati, juga kadang masih ikut kumpul dengan anggota komunitas yang saya dan teman saya dirikan yaitu komunitas Aksi Baik Pati,” kata Nita.
Sungguh karier yang membanggakan, Nita raih sejumlah penghargaan mulai dari beasiswa Tri-Sector Leadership Bootcamp dari Institut Harkat Negeri pada 2024 dan beasiswa pelatihan bisnis dari YES Scaleup Bisnis pada 2025.
Di samping itu, ia juga merupakan guru berprestasi dengan meraih Juara 3 Lomba Guru Bercerita yang diadakan salah satu yayasan di Kabupaten Boyolali.
Selama hidup diakuinya kerap menemukan inspirasi dari berbagai sudut pandang yang ia dapati dari orang-orang sekitar.
Berangkat dari itu, Nita bisa termotivasi untuk melangkah dari hal yang awalnya mustahil, kini bisa diraih.
“Yang selalu menyemangati saya dalam setiap perjalanan saya, yaitu orang tua saya (bapak, ibu, dan kakak). Tanpa mereka, saya tidak akan sekuat ini dan mempercayai cinta yang tulus itu ada dari kasih sayang mereka,” ungkapnya dengan rasa terharu.
Nita sangat berkesan bisa bertemu dengan orang yang menghantarkannya menjadi seperti sekarang.
Bila bertemu, ia akan mengucap rasa terima kasih sebesar-besarnya pada orang tersebut.
Dalam benaknya, ia sempat mengira orang tersebut telah melupakannya, tetapi ia tetap berharap mampu berjumpa lagi.
“Dalam perjalanan hidup kita pasti bertemu dengan beberapa orang di setiap fasenya, yang kita temui waktu itu bisa saja menjadi inspirasi, seseorang yang pernah ada dan menumbuhkan semangat di dalam hati kita, sehingga bisa menggerakkan ketidakmungkinan menjadi mungkin, dan kemustahilan menjadi tidak mustahil. Jika bertemu lagi dengan orang tersebut, aku ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menjadi inspirasi dan semangatku, walaupun mungkin saat ini kita tidak bisa saling menyapa, dan sepertinya juga dia sudah melupakan saya, tapi saya berharap bisa bertemu lagi dengan dia,” lanjut Nita.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar