PATI – Mondes.co.id | Garam tengah mengalami kelangkaan di level petambak, hal ini sangat berdampak bagi perajin garam briket di Kabupaten Pati, Sri Winarti salah satunya.
Perajin garam briket asal Desa Lengkong, Kecamatan Batangan itu mengaku kesulitan mencari bahan baku produksi, bahkan ia sampai membeli garam dari daerah Madura, Provinsi Jawa Timur.
Ia merasakan kesulitan memenuhi target penjualan di saat-saat seperti ini. Apalagi stok di petambak amat langka.
“Sedang kesulitan, di petani gak ada barangnya, lagian stoknya menipis, petani gak bisa produksi. Penjualan gak memenuhi target,” katanya kepada Mondes.co.id, Rabu (2/7/2025).
Dari segi olahannya, ia mampu memproduksi ribuan pack per hari.
Dalam satu pack garam briketnya seberat 0,5 ons dan 0,8 ons.
“Sehari bisa produksi 1.500 pack, kadang 1.300 pack. Per pack 0,8 ons dan 0,5 ons,” jelasnya.
Kondisi demikian menyebabkan harga garam di level perajin naik, yang semula Rp850 per kilogram, sekarang menjadi Rp1.800 per kilogram. Kenaikan terjadi selama sepekan.
“Ya sekarang harga pun sampai Rp1.800 per kilogram, sebelumnya Rp850 per kilogram. Di sini naiknya sudah tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, walau di perajin kenaikan harga telah tinggi, tetapi di pasaran belum terjadi kenaikan harga garam briket.
Ia tetap berharap harga bisa stabil, sehingga penjualan lancar.
“Harga di sini sudah naik, tetapi pasaran gak naik, karena mereka gak tahu yang kami rasakan, mereka gak ngerti harga di petani (petambak) naik, Mas. Kalau bisa ya harganya stabil,” ujarnya.
Ia menjual garam briket ke sejumlah toko dan pasar, bahkan penjualannya sampai ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Per hari ia bisa menjual 1.000 pack garam briket.
“Jualnya di keliling pasar, di toko. Penjualan nggak mesti, kadang ya 500 pack sampai 1.000 pack, kadang ndak ada pembelian sama sekali,” sebutnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar