Piweling Asyura, Akulturasi Islam dan Tradisi Jawa Masyarakat Jambu Timur

waktu baca 3 menit
Jumat, 27 Jun 2025 18:40 0 286 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id |  Masyarakat Desa Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo mempunyai tradisi unik menyambut Bulan Suro di Jepara.

DBHCHT TRENGGALEK

Piweling Asyura, merupakan perpaduan antara Islam dan Tradisi Jawa dalam menyambut bulan Suro (Tradisi Jawa) atau Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriyah.

Tradisi ini khususnya dilaksanakan oleh masyarakat di RW 5 Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo.

Ketua Panitia Piweling Asyura, Jamal menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk akulturasi antara budaya Islam dan tradisi Jawa.

Peringatan bulan Suro sudah menjadi tradisi turun-temurun, baik di kalangan masyarakat Jawa yang beragama Islam, maupun yang masih memegang kepercayaan kejawen (kapitayan).

“Panitia berharap masyarakat dapat memahami bahwa bulan Muharam, atau Sura dalam istilah Jawa, adalah bulan yang luar biasa,” Jumat (27/6/2025).

Hari ke-10 Asyura akan diperingati secara besar-besaran, sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya.

Tradisi kenduri atau selamatan yang hampir dilakukan di tiap rumah, baik oleh umat Islam maupun penghayat kepercayaan, menunjukkan adanya kesamaan nilai dalam menghormati bulan Suro.

Ia menjelaskan pengatur Acara Piweling Asyura, Raisul Hakim memaparkan empat agenda utama yang digelar oleh Panitia De’lima untuk mengisi bulan Sura/Suro.

Kenduri Mapak Sura, acara ini digelar pada 1 Sura atau Kamis Wage (26/6/2025) pukul 19.00 WIB di wilayah RW 05 Jambu Timur.

Kegiatan ini berupa tirakatan malam yang terinspirasi dari ajaran para Wali Songo, seperti pesan Sunan Drajat tentang kepedulian terhadap sesama “Menehono mangan marang wong kang luwe”, serta ajaran Pager Mangkok dari Sunan Muria.

BACA JUGA :  Kios Adminduk Jepara Jadi Inspirasi Tiga Kabupaten di Jateng 

“Kami ingin masyarakat memahami makna spiritual dan sosial dari ajaran para wali serta menyambut bulan Sura dengan penuh berkah dan kebersamaan,” ujar Roisul.

Selanjutnya, Ziarah Dateng Pepunden yaitu ziarah ke makam-makam para sesepuh desa akan dilakukan pada 9 Sura atau Sabtu Pon (5/7/2025) pukul 14.30 WIB.

Rute ziarah ke beberapa makam di Desa Jambu Timur dan desa-desa sekitar seperti Kawak, Jambu, dan Selagi.

“Ziarah ini bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghormati tokoh agama dan sosial yang berjasa bagi lingkungan,” ujarnya.

Selanjutnya, acara puncak Manjing Asyura akan digelar di Masjid Darussaadah RW 5, Jambu Timur.

Rangkaian acara meliputi kenduren, pembacaan maulid, santunan bagi anak yatim piatu, serta ceramah kebudayaan dan keagamaan sebagai bentuk refleksi dan pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan.

Setelah itu, Krayahan Bubur Sura, kegiatan ini akan dilaksanakan di pelataran Masjid Darussaadah dengan akar kisah selamatnya Nabi Nuh dari terjangan banjir yang sangat besar, kemudian sebagai ajang penggalangan dana untuk pembangunan masjid.

Dalam kegiatan ini akan ada senam bersama, jalan sehat, makan bubur sura secara kolektif, serta pembagian doorprize dari kupon jalan sehat yang dijual oleh panitia.

“Krayahan ini mengajak masyarakat untuk bergembira, sehat, sekaligus beramal dalam satu waktu. Semoga kegiatan ini memperkuat solidaritas warga dan memperlancar pembangunan masjid,” tutur Roisul.

Piweling Asyura bukan sekadar kegiatan budaya, tetapi juga ruang spiritual dan sosial untuk merekatkan kembali hubungan masyarakat dengan nilai-nilai leluhur dan ajaran Islam yang penuh kasih.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini