Kisah Penyuluh Agama Islam Asal Pati yang Dilantik PPPK di Tanah Suci

waktu baca 3 menit
Kamis, 29 Mei 2025 15:00 0 320 Singgih Tri

PATI — Mondes.co.id | Tidak semua orang mendapat kesempatan menjadi abdi negara di Tanah Suci.

Namun, Mushofa, seorang penyuluh agama asal Kabupaten Pati, mencatat momen langka sekaligus sakral dalam hidupnya.

Di tengah tugasnya sebagai petugas haji Indonesia di sektor 9 Misfalah, Makkah, ia resmi dilantik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Senin (26/5/2025) waktu setempat.

Mushofa dilantik bersama 33 petugas haji lainnya, kemudian mengikuti pelantikan daring oleh Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar di Hotel 1012 Sektor 10 Misfalah.

Saat itu, pelantikan turut disaksikan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Timur Seruji Bahtiar, Ketua Sektor 10 Assadul Anam, dan para petugas haji yang tengah mengemban amanah di Arab Saudi.

Bagi Mushofa, momen ini adalah puncak dari perjalanan panjang pengabdian.

Sejak 2008, ia mengabdikan diri sebagai Penyuluh Agama Islam Non Aparatur Sipil Negara (Non ASN) di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pati.

Dengan honor awal hanya Rp100 ribu per bulan, Mushofa tak goyah. Ia memilih bertahan bukan karena gaji, melainkan karena merasa pekerjaannya adalah ibadah.

“Gaji berapa pun tidak pernah saya pikirkan dan tidak menjadi beban hidup saya. Saya santai saja, karena menurut saya, penyuluh agama adalah pengabdian kepada agama dan masyarakat,” ujarnya ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp.

Perjalanan menuju status PPPK pun tak mudah, Mushofa sempat pesimis karena syarat linieritas ijazah menyisihkan banyak Sarjana Pendidikan.

BACA JUGA :  Hindun Anisah Turun Gunung Pantau Penyaluran Beras di Bangsri

Namun, ketulusan dan keikhlasan menjadi senjatanya. Ketika akhirnya aturan membolehkan Mushofa mendaftar, mengikuti tes, dan dinyatakan lolos sebagai Penyuluh Agama Islam berstatus PPPK.

“Alhamdulillah di tengah pengabdian saya, saya bisa lolos menjadi CPPPK (Calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Ini adalah apresiasi dari negara yang sangat saya syukuri,” sambungnya.

Meski telah resmi menjadi ASN PPPK, Mushofa tak ingin larut dalam kebanggaan. Ia justru memandang status ini sebagai tanggung jawab baru.

“Dilantik jadi PPPK itu bukan akhir, tapi awal. Ini cambuk bagi saya untuk bekerja lebih baik. Negara sudah memikirkan kesejahteraan kita, sekarang giliran kita bekerja untuk masyarakat dan agama,” tegasnya.

Mushofa juga berbagi kisah tentang bagaimana ia bisa terpilih menjadi Petugas Pembimbing Ibadah Haji (TPIHI).

Meskipun sempat ragu karena bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Mushofa tetap mencoba mengikuti jalur organisasi masyarakat (Ormas) dan pondok pesantren (Ponpes). Ia lulus seleksi dan akhirnya dipercaya membimbing Kloter 56 Embarkasi Solo (SOC 56).

“Saya hanya ingin melayani tamu Allah, niat saya bukan urusan pribadi atau honor. Melayani jemaah itu ibadah yang besar kalau ibadah pribadi mungkin tidak sempurna, tapi jika saya bisa bantu ibadah orang lain menjadi sempurna, itu lebih mulia,” ungkapnya.

Mushofa menyampaikan harapannya agar pelantikan di Kota Suci Makkah menjadi titik awal pengabdian yang lebih suci pula.

“Sesuci Kota Makkah, saya ingin menjadi abdi negara yang amanah. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan,” tutupnya.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini