dirgahayu ri 80

Jatuh Bangun Coba Berbagai Usaha, Akhirnya Berjaya Lewat Bisnis Air Minum pH Tinggi

waktu baca 7 menit
Rabu, 9 Apr 2025 14:47 0 1675 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Sejak masih mahasiswa, pria asal Juwana ini sudah memiliki mental wirausaha dengan terus berinovasi menghadirkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kini, ia konsisten berdagang sebagai distributor air, menikmati hari-harinya berjualan sambil memberikan edukasi produk kepada pelanggan.

Dia adalah Setyo Edi Wibowo, lelaki asal Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.

Tampak dirinya seperti penjual air minum biasa pada umumnya, akan tetapi dengan ilmu yang ia poles sejak lama dalam belajar berbisnis, kini memiliki strategi yang jitu sebagai seorang pebisnis rumahan.

Dirinya menggagas sebuah marketplace yang bisa mengenalkan jenis usahanya dalam berdagang, yakni SEWMart yang berlokasi di RT 03/RW 01, Desa Bakaran Wetan.

Bahkan, gagasan marketplace ini sudah ada sejak 2020 silam.

Diketahui, Setyo berprofesi sebagai penjual berlabel distributor air minum kemasan galon, ia menjual produk yang belum terlalu familiar di telinga publik Kabupaten Pati, yakni Amanah.

Produk air ini memiliki keunggulan dibandingkan produk berjenis sama, terutama dari segi kualitas dan packaging.

Setyo memilih jalan berjualan air, lantaran prospek produk tersebut bagus di pasaran.

Pasalnya,air menjadi kebutuhan utama manusia, apalagi produk air yang dijualnya memiliki kekhasan tersendiri dengan pH 8 dan Total Dissolved Solids (TDS) di bawah 10.

Dikatakannya bahwa kandungan air yang dijualnya mampu memberikan dampak yang signifikan bagi tubuh terutama dari segi kesehatan.

“Bagaimana kita menemukan produk yang selalu selalu ada dan deras (repeat order). Air amanah bener-bener konsisten tidak ditemukan produk lain dengan TDS dan pH selalu terjaga di setiap kemasan karena bener-bener dipilh sumbernya. Harganya ramah dan kualitasnya terjamin,” ucapnya kepada Mondes.co.id.

Ia menjelaskan bahwa produknya memiliki khasiat untuk menyehatkan para konsumen.

“Dengan pH 8 dan TDS di bawah 10 merupakan kombinasi baru pertama kali di Indonesia. Pembeli yang merasakan sensasi yang luar biasa dengan beragam testimony, ada yang punya penyait asam lambung, dua pekan minum air Amanah rutin sudah sembuh, ada juga yang coba pengidap stroke yang kalau makan harus pakai selang meminum air tersebut bisa sehat. Bahkan pembeli dari Bakaran Kulon yang anaknya punya penyakit kencing batu, minum Amanah dua pekan langsung sembuh, di Bajomulyo juga penyakitnya langsung keluar,” bebernya.

BACA JUGA :  Terperosok ke Tempat Pembuangan Air, Nenek Malang di Bangsri Meninggal Dunia 

Masyarakat selama ini merasakan nyaman mengonsumsi air darinya. Apalagi untuk membuktikan kandungan air, dirinya menggunakan TDS meter, ph tetes, dan elektrolisis agar masyarakat teredukasi, karena kebanyakan orang butuh air berpikir bodoh amat, sehingga Setyo memberikan pengertian jika kesadaran akan kesehatan dalam memahami kandungan air amat sangat perlu.

“Air minum selalu dibutuhkan apalagi masyarakat banyak sadar akan kesehatan, kualitas air minum mulai aware. Kemudian jadi peluang mengenalkan produk secara konsisten mulai dari kualitas dan kemasan,” terangnya saat diwawancarai di kediamannya.

Selama ini ia berjualan air dengan pelayanan yang baik, Setyo rela mengantarkan air galon tanpa ongkos kirim (ongkir).

Bahkan, dari Kecamatan Juwana dirinya bersedia mengantarkan galon menggunakan sepeda motor hingga area Pati Kota maupun Kecamatan Margorejo.

Upaya itu ia jalani untuk melayani pembeli dengan sepenuh hati.

“Di samping itu, kita layani order antar gratis bergantung lokasi geografis, Juwana bisa gratis, kalau jauh minimal pesan 5 galon saya antar free ongkir. Kalau pengantaran pakai motor dan bronjong. Saya kalau mampu masih saya antar walaupun sampai Margorejo, tetapi kalau area jauh biasanya dengan agen yang lain,” kata bapak dua anak tersebut.

Menurutnya, menjadi pedagang harus ramah dan mudah berbaur. Ketika berjumpa dengan orang, ia dengan cepat menawarkan produknya dengan teknik marketing yang memikat. Hal inilah yang menjadi strateginya untuk menjual produk hingga laris.

Dalam sepekan, ia mampu menjual 70 galon, baik refill ataupun beserta galonnya.

Lebih dahsyatnya lagi, ketika Bulan Ramadan, puluhan kardus mini galon terjual hingga stok di gudang ludes karena ramainya pembeli selama bulan puasa.

“Paling laku Amigol (Amanah Mini Galon) ukuran 200 mililiter, bahkan di Ramadan sehari mampu terjual 40 kardus. Stok di gudang sampai kosong, bahkan tingginya permintaan, saya memberlakukan pre-order. Kalau yang galon besar, dalam sepekan minimal terjual 70 galon, dan ini mulai terjadi ada peningkatan selama beberapa hari sebelum Ramadan, permintaan naik tinggi sekali,”sebutnya.

Selain faktor momen Ramadan, naik atau turunnya permintaan air dipengaruhi oleh cuaca.

Apabila cuaca panas, maka permintaan naik, sedangkan ketika cuaca mendung atau hujan permintaan turun.

BACA JUGA :  Juara 1 Pelopor Keselamatan Lalu Lintas, Nauqila Ajak Anak Muda Lebih Peduli Tata Tertib Berkendara

Ia turut tawarkan produk air Amanah ke perkumpulan warga dan komunitas masyarakat setempat.

Selama menjadi distributor, Setyo telah memiliki 18 agen penjualan yang tersebar di beberapa kecamatan, di antaranya Juwana, Batangan, Pati Kota, Gabus, Margorejo, Jakenan, Kayen, dan Tambakromo.

Sebagai distributor, bebas membuka agen, demi memperluas mangsa pasar denga harga yang ditetapkan di masing-masing distributor.

“Kalau sepi palingan satu sampai dua saja yang kejual. Air pengaruhnya cuaca dan musim, cuaca panas permintaan deras sekali, orang akivitas di luar, kerja minumnya banyak karena haus, kalau cuaca hujan mendung juga berpengaruh. Pelanggan saya rumahan maupun instansi, ketika rumahan lesu maka biasa jual ke sekolah, kantor koperasi, toko, dan apotek,” tutur Setyo.

Per bulan, ia empat kali memasok item dari produsen.

Dalam satu bulan itu, ia menyetok minimal 200 galon dan 200 kardus amigol.

Kondisi ini membuat kediamannya selalu penuh dengan tumpukan persediaan air minum dalam bentuk kardus maupun galon.

Harga jualnya mulai dari Rp35.000 hingga Rp75.000.

Apabila pembeli ingin membeli air minum tanpa galon, ia bisa meminjamkan galon asalkan menjadi langganan.

“Air galon harga konsumen Rp75.000 karena kualitas grade A, 90 persen dari plastik murni, kalau pun rusak atau bocor kami garansi. Saya nggak membebankan galon untuk dibeli, mereka yang ingin beli satu sampai lima kalaupun tidak mau membeli galon fisiknya akan dipinjami, yang penting rutin jadi pelanggan tiga pekan hingga satu bulan,” ujarnya sambil melayani pembeli.

Awal Kisah Perjalanan Bisnis

Flashback ke belakang, Setyo mengakui jika ia memulai menjalani dunia wirausaha sejak 2013 silam.

Saat itu ia menjadi mahasiswa baru (maba) di Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Setyo mengawali usahanya dengan berjualan barang-barang second, seperti jam tangan dan lain sebagainya.

Perjalanan, berlanjut ke produk lain yang sangat melekat pada kebutuhan mahasiswa seperti detergen dan buku bacaan.

Baginya, embrio dari SEWMart bermula dari masa-masa itu.

“Embrio usaha saya sendiri sudah di bangku kuliah, saya kulakan produk saya jual lagi, saya jual jam tangan macam-macam yang awalnya beli dari toko, kita pakai dulu kemudian kita jual. Itu bertahan selama satu semester,” ujarnya.

BACA JUGA :  Fantastis! Kasus Perceraian di Pati Capai Ratusan pada Awal Tahun 2024

“Beralih jualan macam-macam novel, beralih jualan sabun cuci baju. Waktu itu ada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)-nya di Semarang bernama Smart Clean, sabun olahan sendiri, bertahan hingga semester akhir saya kuliah,” lanjut Setyo.

Mendirikan SEWMart pada 2018, ia sempat akan mengenalkan inovasi detergen racikan itu ke masyarakat karena produk tersebut unik.

Sabun cuci pakaian tersebut mampu membuat pakaian menjadi bersih dengan cara yang simpel, meski tanpa mengeluarkan banyak busa, sehingga diperkirakan akan ramah lingkungan.

Sayangnya, produk tersebut ketika dikenalkan dengan masyarakat sekitarnya pasca kuliah tak laku.

“Usaha jual sabun cuci sempat berjalan bagus, dengan alat yang dibuat dari adukan blender, sampai sempat mau saya coba di rumah ternyata tidak seviral di kampus, apalagi kalau mahasiswa sukanya merendam pakaian sampai sepekan, sehingga dengan sabun ini cucian tidak bau. Sabun kan segmented di mahasiswa, kalau dibawa ke sini ternyata ibu-ibu pada ndak suka karena patokan mereka busa,” ungkap Setyo.

Usai lulus dari UNNES ia pun mengadu nasib menjadi karyawan swasta.

Setelah setahun bekerja, ia kembali berwirausaha karena mental berbisnis sangat melekat pada jiwa Setyo.

Ia bersama rekan-rekannya semasa sekolah membentuk sebuah wadah layanan pemberdayaan UMKM wilayah Kecamatan Juwana, dengan maksud mendongkrak penjualan produk UMKM dengan teknik marketing dan packaging.

Tekadnya meningkatkan penjualan UMKM dengan cara digital. Serta usaha tersebut outputnya akan disalurkan sebagian ke kaum tidak mampu.

“Di masa pandemi bebarengan saya kerja jadi karyawan, saya mengembangkan UMKM batik, terasi, empon-empon, kecap, kerupuk udang dan kerupuk tenggiri pada tahun 2020 hingga 2021. Dulu punya enam personel mewadahi UMKM agar go digital, karena dulu barusaha melek, dibuatkan website, percantik marketing dan kemasan. Selanjutnya 50 persen penjualan kita donasikan bekerjasama dengan suatu lembaga sosial untuk kaum dhuafa,” tuturnya.

Selanjutnya, dirinya dan rekan-rekan kurang cocok untuk melanjutkan layanan pengembangan UMKM ini.

Pasalnya, tidak ada feedback yang bagus, sehingga ia dan teman-temannya kembali ke jalan masing-masing.

“Produk UMKM bagus bahkan sudah mau cari investor, kemudian kendala stok dan produsen tidak bisa kita arahkan kerjasama mengenalkan website kami. Selain itu, teman-teman sudah sibuk dengan pekerjaanya,” ucapnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini