PATI – Mondes.co.id | Pedagang sapi asal Kabupaten Pati mengaku sedih lantaran kondisi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang ternak sapinya.
Pria bernama Halim yang merupakan pengusaha ternak sapi asal Desa Klecorenggonang, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati menyebut, jumlah sapi di kandangnya kini hanya tinggal puluhan ekor.
Penjual sapi yang sudah melalang buana hingga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) itu mengaku, kandangnya yang berada di tempat asal, kini hanya menyisakan 20 ekor sapi. Padahal, di kala normal kandang Halim terisi 200 ekor sapi lokal.
“Di kandang saya tinggal ini (sambil menunjukkan kondisi sisa sapinya). Tinggal 20 ekor, kalau sebelum PMK terisi 200-an ekor,” ucapnya saat diwawancarai Mondes.co.id, pada Selasa, 7 Januari 2025.
Situasinya sedang terpuruk semenjak PMK mewabah pada awal Desember 2024 lalu.
Kondisi ini tidak bisa dihindari, sehingga pihaknya tak dapat meminta pertanggungjawaban siapapun, karena situasi ini merupakan bencana alam.
“Kami selaku dari sudut pandang pedagang, kami trauma, kalkulasi kerugian 50 persen, pokoknya pelaku usaha sapi lokal sebenarnya sudah finish tak mampu survive. Kondisi ini tak bisa dihindari, pedagang gak menyalahkan dinas, dokter hewan, ya pokoknya meratapi dan introspeksi diri karena ini hukum alam,” ujarnya dengan penuh kesedihan.
Pedagang sapi memilih untuk melakukan pemotongan paksa daripada sapi mati duluan. Halim sendiri mengantisipasi dengan melakukan potong paksa dan menjual sapi hidup dengan harga yang rendah.
“Ada yang potong paksa belasan, kemudian jual sapi dengan harga yang turun puluhan ribu per kilogram. Harga sapi hidup biasanya Rp16 sampai Rp20 juta per ekor, saat ini setelah PMK Rp6 sampai Rp7 juta per ekor, bahkan parahnya ada yang cuma Rp1,5 sampai Rp3 juta per ekor,” bebernya.
Ia mengungkapkan juga bahwa harga daging sapi setelah melalui tahap pemotongan paksa mengalami penurunan. Pasalnya, stok daging terlalu banyak, sehingga tidak sebanding dengan permintaan, di satu sisi masyarakat enggan konsumsi daging sejak PMK menjangkit hewan ternak.
“Harga daging Rp65 ribu per kilogram sampai Rp105 per kilogram. Sapi yang dipotong dagingnya tidak diedarkan ke pasar, melainkan dimasukkan freezer (lemari pendingin),” tuturnya.
Diketahui, Halim tidak hanya menjual ternak sapi saja, ada pula kambing. Sapi dan kambingnya berada pada satu lahan kandang yang sama, akan tetapi kondisi kambingnya aman-aman saja.
“Yang terjangkit PMK hanya sapi, kalau kambing tidak meskipun berdampingan,” ujarnya.
Ia berharap wabah PMK segera pergi, sehingga kondisi usaha peternakannya kembali bangkit dari keterpurukan.
“Semoga kondisi PMK segera berakhir, sehingga pulih kembali, amin,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar