JEPARA – Mondes.co.id | Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Ujungwatu, Kecamatan Donorojo mengikuti kegiatan bareng Museum R.A Kartini.
Kali ini para siswa diajak melihat lebih dekat cagar budaya yang ada di Jepara.
Pada kesempatan ini, Museum R.A Kartini berkolaborasi dengan pengelola objek wisata Benteng Portugis, di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo.
Puluhan siswa tersebut diajak berkeliling benteng tinggalan masa Sultan Agung, Selasa (12/11/2024).
Salah satu siswa kelas 6 SD N 1 Ujungwatu Gresia merasa senang, lantaran sejak pagi hingga siang bisa menikmati keindahan pantai dari atas bukit benteng. Sekaligus belajar sejarah Benteng Portugis.
Gresia, bersama Zia dan Lidia siswa kelas 6 SD N Ujungwatu memilih duduk sambil menikmati sarapan atau bekal mereka dari rumah.
Tidak hanya itu, para siswa lain nampak duduk di gardu pandang dan berkeliling sambil menikmati suasana pantai dari ketinggian.
“Sudah sering ke Benteng Portugis. Tempatnya bagus,” ujar Gresia.
Setelah diajak berkeliling benteng, para siswa diajak turun untuk berdiskusi tentang sejarah dan budaya. Para siswa juga dikenalkan dengan Museum R.A Kartini Jepara.
Kepala Museum R.A Kartini Iwan Nugroho mengatakan, kegiatan Museum Masuk Sekolah ini berbeda dari biasanya.
Kali ini para siswa diajak mempelajari langsung dengan mengunjungi salah satu cagar budaya yaitu Benteng Portugis.
“Kegiatan kami memang menyasar siswa di wilayah pinggiran agar mengenal cagar budaya, termasuk mengenal Museum R.A Kartini Jepara,” kata dia.
Manajer Benteng Portugis Agustiyanto berharap, kehadiran para siswa ini tidak hanya dilakukan oleh siswa SD N 1 Ujungwatu. Namun juga siswa dari sekolah lain di Jepara.
Sehingga, akan menumbuhkan kecintaan mereka terhadap Benteng Portugis.
“Benteng Portugis ini merupakan bangunan sejarah yang perlu dilestarikan,” kata dia.
Sebagai informasi, Benteng Portugis berada di lokasi yang strategis untuk kepentingan militer pada zaman dulu. Benteng ini dibangun di atas bukit batu yang terletak di pinggir laut dan di depannya terhampar Pulau Mandalika.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar