PATI – Mondes.co.id | Makanan tradisional khas Jawa, yakni jenang tuo kerap dijajakan berjejeran di momentum acara adat dan keagamaan yang berlangsung di Jawa, salah satunya di Kabupaten Pati.
Makanan yang terbuat dari bahan dasar ketan, parutan kelapa, serta ditaburi wijen itu dijual dengan harga yang relatif murah, yakni Rp20.000 per kilogram.
Biasanya, berjualan jenang tuo ditemukan di beberapa tempat, seperti momen acara di dekat makam tokoh agama, pondok pesantren, serta di momentum acara sedekah bumi dan peringatan Suro.
Salah satu penjual jenang tuo, Sulis mengatakan bahwa ia datang ke berbagai acara untuk mencari penghasilan dari riuhnya acara-acara di berbagai wilayah.
Salah satunya di pekan Suro di Dukuh Ngerang, Desa Tambakromo, Kecamatannya Tambakromo, Kabupaten Pati.
Ia berjualan selama sepekan menjelang Haul Mbah Nyai Ageng Ngerang, yang merupakan tokoh leluhur desa tersebut.
“Saya di sini seminggu jualan aneka jenang, ada jenang tuo, dodol, dan beberapa aneka kue dari ketan hitam. Harganya murah, monggo dibeli,” ungkapnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Senin (8/7/2024).
Ia menjual berbagai macam varian rasa jenang tuo, untuk rasa original dijual Rp20.000 per kilogram, sedangkan rasa kelapa seharga Rp30.000 per kilogram. Selain itu, ia juga menjual aneka kue lainnya.
Dengan keramahannya, sebelum pembeli memutuskan untuk membeli, maka disuruh mencicipi potongan kue tersebut. Ia tampak gembira karena dagangan selalu ramai.
“Ramai terus kalau waktu acara haul ini. Saya jualannya dari siang sampai malam. Nanti kalau malam ramai karena bertepatan dengan pasar malam,” terangnya.
Ia mengatakan bahwa biasanya pembeli sangat menyukai jenang tuo, meski biasanya mereka hanya membeli setengah atau sampai satu kilogram saja. Tetapi ia tetap bersyukur karena masih ada masyarakat yang menyukai makanan tradisional tersebut.
Diketahui, jenang tuo ini mampu awet selama sepekan. Makanan yang dibuat tanpa disertai pengawet kimia itu, memang steril dari bahan berbahaya.
“Ini gak pake pengawet apapun, makanan ini cukup bisa bertahan hanya satu minggu saja,” ujarnya.
Hari ini merupakan hari terakhirnya berjualan di sekitar Makam Nyai Ageng Ngerang, karena perayaan Suro di kawasan tersebut sudah selesai bertelatan dengan tanggal 1 Muharram.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar