Stigma Puskesmas Buruk dan Sepi Dibanding Klinik Swasta, Dinkes Pati Buka Suara

waktu baca 3 menit
Selasa, 20 Feb 2024 11:30 0 453 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Masyarakat di Kabupaten Pati sempat meragukan dalam mencari pelayanan terbaik untuk kesehatan mereka. Ditambah, muncul stigma bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) punya layanan yang buruk, sehingga hanya layak untuk melayani kalangan menengah ke bawah.

Anggapan subjektif itu langsung dibantah oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati. Kepala Dinkes Kabupaten Pati, dr. Aviani Tritanti Venusia menyatakan bahwa Puskesmas bekerja untuk memberi pelayanan kesehatan tanpa pandang kalangan tertentu, yakni melayani seluruh lapisan kelas sosial di masyarakat.

Ia melanjutkan, pelayanan Puskesmas jauh lebih lengkap dibanding klinik yang dikelola oleh pihak swasta. Tak hanya mengobati pasien sakit saja, menurutnya Puskesmas juga melayani vaksinasi, persalinan, serta medical check-up.

“Masyarakat kerap stigma puskesmas untuk yang miskin padahal masyarakat semua kalangan tidak memandang kelas sosial juga kita layani. Puskesmas klinik milik pemerintah, tetapi kalau masyarakat mau pilih klinik lain silahkan,” ucapnya kepada Mondes.co.id, Selasa, 20 Februari 2024.

Selanjutnya, pasien Puskesmas bisa menerima hak memperoleh pemeriksaan dan pengobatan gratis melalui keikutsertaan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS). Hanya saja, bila pasien tidak terdaftar BPJS pada Puskesmas tersebut, maka harus membayar biaya layanan.

“Kalau Puskesmas layanan lebih lengkap, kalau peserta BPJS di faskes (fasilitas kesehatan) tersebut gratis. Lantaran hanya terdaftar di situ, maka yang mau berobat di Puskesmas sebelahnya dia bayar jadi pasien umum,” ungkap dr. Aviani.

Dirinya menegaskan bahwa Puskesmas di Kabupaten Pati tidak pernah gagal menjadi faskes rujukan pertama kali masyarakat, karena terbukti kerap dikunjungi pasien. Menurut pantauan dr, Aviani, Puskesmas jauh lebih banyak diminati oleh masyarakat di Bumi Mina Tani daripada klinik swasta.

BACA JUGA :  Rumah dan Mobil di Tambakromo Hangus Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

“Kami buka suara soal sepi di Puskesmas karena katanya klinik X ramai sedangkan Puskesmas sepi. Jangan lupa, anda sudah hitung jejaring Puskesmas belum? Mereka di seluruh desa ada Bidan Desa ada Puskesmas Keliling yang melayani pasien. Mungkin klinik X pasiennya pagi sampai sore 150 orang. Puskesmas pelayanan pagi dilihat 75 orang kelihatan sepi, jangan gitu cara pandangnya!,” bebernya kepada awak media.

Terkait anggapan Puskesmas jauh lebih sepi ketimbang klinik, menurut dr. Aviani, ucapan itu tidak berdasar. Pasalnya, keterbatasan jam operasional Puskesmas mengharuskan layanan tidak hanya terjadi di Kantor Puskesmas saja. Ia menyebutkan, Puskesmas memiliki kepanjangan tangan di desa-desa, seperti Puskesmas Keliling, Puskesemas Pembantu, dan Bidan Desa.

Acuan seperti klinik swasta mampu menerima 150 pasien tiap hari dibandingkan Puskesmas yang hanya menerima pasien 75 orang tak boleh ditafsirkan dengan cara pikir yang dangkal. Ia mengingatkan masyarakat untuk lebih kritis melihat dari segala aspek.

“Bandingannya kalau hanya itu ya kelihatan sepi, Puskesmas kalau pagi jejaringnya di seluruh desa di masing-masing, ada Pusling (Puskesmas Keliling) buka praktik, Pustu (Puskesmas Pembantu) buka praktik kapan saja, kalau masing-masing 10 desa ada 10 pasien, maka kami Puskesmas sudah menangani 100 orang. Lalu, Pusling contonya ada 20 orang pasien, maka total pasien Puskesmas dari yang datang dijumlahkan dengan pasien di desa-desa sebanyak 120 di pagi hari. Sedangkan, klinik hanya menerima 150 pasien dalam jangka waktu pagi hingga sore,” tuturnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini