Pondok Petilasan Saridin di Dukuh Landoh Masih Menyimpan Banyak Tanda Tanya

waktu baca 2 menit
Sabtu, 3 Feb 2024 15:04 0 871 Eko Susanto

PATI – Mondes.co.id | Tidak akan ada bosan dan selalu ada rasa penasaran jika berbicara tentang kisah Saridin. Tentang siapa dan bagaimana sosok Waliyullah di bumi Pati yang sangat terkenal dengan kecerdikan, kedalaman ilmu, dan kesaktiannya.

Akan penasaran lagi ketika sudah memasuki dukuh Landoh desa Jatimulyo Wedarijaksa. Di wilayah tersebut terdapat petilasan yang katanya dulu adalah perguruan/pondok yang sampai sekarang masih menyimpan banyak tanda tanya.

Dari cerita rakyat, dulunya Saridin sepulang dari mengunjungi ayah angkatnya yaitu Ki Ageng Kiringan dengan membawa kerbau dan ditutunnya menuju desa Jepat, Margotuhu, Guyangan, dan menetap di desa Landoh.

Di dukuh Landoh, ia mendirikan sebuah perguruan dan mendidik beberapa santri, di mana petilasannya dapat dijumpai sampai sekarang.

“Tempatnya berukuran 7x 9 M dan dibangun pada tahun 1983 M,” ungkap Suri (53) Juru kunci petilasan.

Suri juga menceritakan asal usul dukuh Landoh. Ia mengatakan dulunya berupa hutan belantara.

“Dusun landoh itu belum ada, sebelum Saridin datang ke wilayah ini, dusun ini dulunya merupakan alas belantara yang pekat. Setelah datangnya Saridin, barulah dusun ini mulai tertata,” ungkapnya.

Kata Landoh berasal dari cuplikan kisah Saridin yang suka pada buah kelapa.

“Asalnya legen jadi semisal pondohe kelopo, berawal dari situlah dusun ini dinamakan dusun landoh,” katanya.

Nama desa Jatimulyo muncul setelah meninggalnya Syekh Jangkung (Saridin). Setelah meninggalnya Syekh Jangkung, aktivitas belajar mengajar di Perguruan diteruskan oleh para santri (murid).

BACA JUGA :  Instruksi Pusat, Instansi di Pati Larang Rekrut Honorer

Ketika saat itu, para santri sedang musyawarah untuk memilih nama apa yang baik untuk desa ini.

“Terinspirasi dari tiang (soko) di perguruan tersebut terbuat dari kayu Jati murni. Maka, suatu saat nanti kalau ada rejone zaman di kasih nama Jatimulyo,” tutupnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini