Larangan Menikah Wanita Jepara dengan Pria Kudus, Bagian Politik Pecah Belah Belanda?

waktu baca 5 menit
Kamis, 1 Jun 2023 10:44 0 3173 mondes

JEPARA – Mondes.co.id | Tidak banyak masyarakat yang mengetahui. Ternyata, ada mitos larangan pernikahan pria asal kudus dengan wanita Jepara, atau sebaliknya.

Mitos ini oleh sebagian khalayak masih dipercaya, tapi sebagian hanya menganggap sebuah cerita masa lampau yang belum tentu kebenarannya.

Mite atau mitos merupakan prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh masyarakat yang memiliki cerita rakyat.

Mitos ini, kemudian dipercaya oleh mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya meskipun ceritanya terkadang di luar jangkauan norma.

Seiring perkembangan zaman, ada yang percaya dan ada yang tidak percaya terkait dengan mitos ini.

Mereka (masyarakat), menganggap mitos ini sebagai cerita yang sengaja disusun untuk kepentingan atau tujuan tertentu. Termasuk politik pecah belah di masa itu.

Awal mula berkembangnya mitos larangan pernikahan pria kudus dengan wanita Jepara, mirip dengan mitos larangan pasangan dari Suku Jawa dan Suku Sunda untuk menikah.

Diawali dari cerita Arya Penangsang yang dikenal sebagai Adipati Jipang yang membunuh Sunan Prawoto (Raden Mukmin).

Aryo Penangsang, membunuh Sunan Prawoto karena membunuh ayah dari Arya Penangsang yang bernama Suryowiyoto.

Suryowiyoto yang dikenal juga dengan sebutan Raden Kikin ini dibunuh melalui orang suruhan Sunan Prawoto.

Raden Kikin dibunuh di pinggir sungai dengan keris yang dicuri dari Sunan Kudus.

Kemudian mayat Raden Kinkin dibuang di sungai dengan keadaan mengambang, hingga mendapat sebutan Pangeran Seda ing Lepen (Bahasa Jawa: Pangeran yang mati mengambang di sungai).

BACA JUGA :  Nekat Rampas Kalung Tetangga Sendiri, Pria di Mayong Harus Mendekam di Penjara

Hingga tewasnya Sultan Prawoto oleh Arya Penangsang menimbulkan reaksi tidak terima dari Ratu Kalinyamat, yang merupakan putri dari Sultan Trenggono yang menjadi adipati di Kadipaten Jepara pada era abad ke-15.

Dirinya bersama suaminya Sultan Hadirin, bersama-sama memimpin Kadipaten Jepara.

Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadirin yang tidak terima atas kematian Sultan Prawoto mendatangi Sunan Kudus, salah satu Wali Songo, penyebar dakwah agama Islam di daerah pesisir utara Jawa untuk meminta keadilan atas tewasnya Sultan Prawoto.

Diketahui, Arya Penangsang merupakan salah atu murid dari Sunan Kudus.

Saat itu Sunan Kudus menjelaskan kepada Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadirin bahwa yang dilakukan Arya Penangsang adalah bentuk tindakan setimpal, karena kerabat mereka Sultan Prawoto juga terlebih dahulu telah membunuh ayah dari Arya Penangsang.

Mendengar jawaban itu, Ratu Kalinyamat merasa tidak puas dan ingin menuntut ketidakadilan.

Inti dari kisah ini adalah rasa ketidakpuasan Ratu Kalinyamat, kerabat Sultan Prawoto atas respons Sunan Kudus saat meminta keadilan.

Sehingga sejak saat itu munculah larangan pernikahan antara perempuan Jepara dan pria Kudus dan masih dipegang oleh kalangan generasi tua di wilayah Jepara – Kudus.

Tidak berbeda jauh dari cerita tersebut, ada pula yang menceritakan, mitos ini bermula dari sebuah kisah saat perebutan tahta Kerajaan Demak.

Diceritakan, Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus lebih memihak pada Arya Penangsang.

Diperebutkan tahta Demak itu, Arya Penangsang membunuh Sultan Hadlirin.

Karena suaminya terbunuh, Ratu Kalinyamat marah dan bersumpah jika turunannya yang berasal dari Jepara, jangan sampai menikah dengan orang Kudus.

Budayawan Jepara Hadi Priyanto mengatakan, cerita mitos ini sudah berkembang sejak lama, di Kabupaten Jepara dan sekitarnya.

BACA JUGA :  TK Aisyah 3 Jepara Miliki Gedung Baru Lebih Representatif

Memang, tidak ada yang tahu kebenaran mitos larangan laki laki Kudus menikah dengan wanita Jepara.

Bagi sebagian masyarakat, Ada yang percaya mitos, namun juga ada juga yang melanggar pantangan atau mitos tersebut.

Menurutnya, cerita rakyat juga mitos ini sifatnya akan terus berkembang.

Tidak mungkin, akan seperti itu pasti akan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.

Sehingga, ini akan kembali kepada keyakinan masing-masing.

“Cerita rakyat akan terus berkembang, sebagaimana ilmu pengetahun. Kembali kepada kayakinan masing-maisng,” kata Hadi.

Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jepara Hisyam Zamroni mengatakan, pernikahan pada hakikatnya adalah hak setiap pasangan laki-laki dan perempuan untuk mengikatkan janji suci untuk saling mencintai selama masa hidupnya.

Terkait degan adanya larangan pernikahan wanita Jepara dengan laki-laki Kudus, atau sebaliknya, menurutnya hanyalah mitos semata.

Karena, hubungan antara Jepara dan Kudus dari sejak zaman dulu terbangun sangat bagus.

“Saya dari dulu tidak percaya dengan mitos itu. Itu hanya cerita karangan saja,” ungkap Hisyam, Kamis 1 Juni 2023.

Hisyam mengatakan, cerita-cerita tersebut sengaja diciptakan, sebagai strategi Devide et Impera, oleh pemerintah Kolonial Belanda.

Devide et Impera ini merupakan kombinasi strategi orang Belanda dalam hal politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan mejaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan.

Selain itu, Devide et Impera ini, juga dibarengi dengan siasat adu domba, agar daerah-daerah kecil ini saling bermusuhan.

Sehingga, Belanda bisa dengan mudah mengambil peran dan menaklukkan keduanya.

“Karena dulu pensuplai perdagangan lewat pelabuhan Jepara salah satunya adalah produk dari Kudus seperti beras dan sebagainya,” terang Hisyam.

Dikatakan, selama bertugas menjadi Kepala KUA, sudah banyak pernikahan antara pria Kudus dan juga wanita Jepara.

BACA JUGA :  Peran Penting Kartini dalam Memajukan Ukiran Jepara 

Mereka, sudah tidak mempercayai adanya mitos tersebut.

“Bahkan paman saya menikah dengan perempuan Kudus. Saat ini mendirikan pondok pesantren Tahfidzul Qur’an di Kudus sampai sekarang. Juga banyak kiai Jepara yang menikah dengan perempuan Kudus,” ungkap Hisyam.

Untuk menangkis adanya mitos tersebut, solusi yang dilakukan di masa sekarang antara lain, pertama, mendorong generasi muda untuk saling berinteraksi satu sama lain antara muda mudi Jepara dan Kudus.

Kedua, penguatan mindset fanatisme.

Ketiga, saling memberi satu sama lain, Keempat, sekarang ini sudah banyak orang Jepara yang sekolah dan mondok di kudus.

Tidak menutup kemungkinan, juga menemukan jodoh di sana.

Kelima, biarlah secara alami mereka bergaul.

“Zaman sekarang sudah terbuka. Abaikan mitos-mitos yang buruk tersebut. Serta semangat membangun rumah tangga yang bahagia sakinah mawaddah wa rohmah,” beber Hisyam.

Pandu Setya Nugraha, warga Kabupaten Kudus mengaku sudah sering mendengar cerita mitos tersebut.

Menurutnya tidak masalah adanya pernihakan orang Kudus dengan Jepara, karena menurutnya tergantung pribadi masing-masing.

“Paling penting pasangannya yakin saja. Sekarang banyak teman-teman kerja yang dapat orang Jepara. Nyatanya, tidak ada masalah dalam pernikahan mereka,” terangnya.

Mitos yang berasal dari cerita rakyat tentang larangan pernikahan memang sulit dibuktikan kebenarannya.

Kepercayaan terhadap mitos antara pria Kudus dan wanita Jepara adalah sebagian kisah budaya nusantara.

Terlepas dari benar atau tidaknya mitos ini, rezeki, jodoh, serta maut ada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa. (Ar/Dr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini